Jumat, 22 April 2011

AWAN


Masih juga kau bawakan aku segumpal awan, kau arak di langit hatiku. Tidakkah kau sadari awan itu kan menghitam, dan turun sebagai hujan? Kembali kau hiasi pelataran jiwaku dengan genangan itu, Kembali aku harus bersusah payah mengeringkannya, dan kembali perih tersimpan dalam ruang hampa.

Ah, sayang, singkirkan awan itu dari langit hati ini, karena setelahnya bukan pelangi yang menghias langit hati, tapi bias merah dan hitam menghampar di beranda hatiku.



@Rayung Sekar

020211

SURGAKU TERBAKAR

Surgaku telah terbakar

Airmata tak mampu padamkan

Hangus merangus sukma

Secuil puingpun tak bersisa


Rintihan bunda menyayat jiwa

Pilu menyergap ruang maaf

Menatap sendu mata sayu

Ampuni aku ibu..


Surga di telapak kakimu

Kuelus halus penuh haru

Keluhmu goreskan luka dihatiku

Sujudku di kakimu ibu..


Maafkan khilafku

Mengejar cinta semu


Maafkan aku telah terlena

Kasih sucimu terlupa


;maafkan aku

hingga terbakar surgaku



@Rayung Sekar

MERAPUH

Luruh jiwaku

Jika harus selalu setegar karang

Lesap hatiku

Jika harus selalu sekuat besi lempengan


Inginku ;larut

Dalam samudra nan lembut

Inginku ;surut

Dalam logam melebur hanyut


Izinkanlah aku

;merapuh



@Rayung Sekar

050111

JEJAK CINTA

Hujan semalam begitu dahsyatnya, hingga air menggenang dimana mana, sepagi tadi, dan siang ini mendung menggelayut lagi di kotaku. Dan masih tentang dirimu, aku berharap deras hujan semalam membawa jejak-jejak indahmu menjauhi aku. Aku bersihkan beranda hatiku, hingga jejak itu tak nampak, walau ruang dalam hatiku masih menyisakan perih. Ku pandangi punggungmu pergi menjauh, disela sela rinai gerimis. Tak mengapa jika kau harus pergi, asal tak ada lagi genangan hujan dan rinai gerimis menghampiri


Rayung Sekar

Catatan untuk "AM"

031210

PELABUHAN SEMENTARA

Di suatu ketika, pernah ada rasa indah diantara kita, bahkan begitu indah. Tiada hari tanpa kata mesra merayu, menyapa dengan tawa tawa kecil kita, tak sedetik pun terlewat tanpa memikirkan dirimu. Bibir ini pun tiada henti menyungging senyuman, ah.....serasa hari penuh bunga. Namun badai kecil itu pun datang bertubi tubi, menguji biduk kita, tiada keras badai menggoyang, namun aku begitu panik, hingga biduk itu pun akhirnya pecah. Jika kau tahu, aku menangisinya sepanjang malam, merindukan saat yang telah terlewati, namun semua sia sia. Kiranya kau telah memilih pelabuhanmu yang dulu. Aku tahu, dan aku baru menyadari, bahwa biduk kita hanya berlayar untuk menghibur hatimu yang sedang terluka, dan saat luka itu terobati kau pun kembali, pada dermagamu yang dulu. Aku melepaskanmu, merelakanmu, dengan senyum dan tangis yang tak bisa aku tahan, karena aku tak pernah mendusta pada rasa.....


Rayung Sekar

catatan untuk "AM"

031210

MATI


Tali ini telah menjeratku

Hingga mencekik leherku


Putuskan tali ini

Atau, kau lebih suka melihatku

;mati



Rayung Sekar

011210